DeepSeek Guncang AS: Peringatan Keras untuk Trump dan Raksasa Teknologi Amerika di Tengah Perang Dagang Teknologi

DeepSeek Guncang AS

Efarinatv.net – Inovasi teknologi China kembali membuat Amerika Serikat (AS) waspada. Kali ini, perusahaan rintisan (startup) kecerdasan buatan (AI) asal Negeri Tirai Bambu, DeepSeek, menjadi sorotan global setelah kemajuan pesatnya dalam pengembangan model AI generatif dinilai mengancam dominasi AS di sektor strategis ini. Laju DeepSeek tidak hanya memicu kekhawatiran di kalangan raksasa teknologi AS seperti Google dan OpenAI, tetapi juga menjadi “alarm” bagi pemerintahan Donald Trump untuk memperketat kebijakan proteksi teknologi nasional.

DeepSeek vs OpenAI: Pertarungan Teknologi yang Mengubah Peta Persaingan Global

DeepSeek, yang didirikan pada 2023, baru-baru ini meluncurkan model AI “DeepSeek-R1” yang diklaim mampu bersaing dengan GPT-4 milik OpenAI. Dalam uji coba independen, model ini menunjukkan keunggulan dalam pemrosesan bahasa alami (natural language processing/NLP) untuk bahasa Mandarin, serta kemampuan analisis data finansial yang lebih cepat 40% dibandingkan kompetitor AS. Keberhasilan ini didukung oleh investasi besar dari pemerintah China dan kolaborasi dengan universitas ternama seperti Tsinghua.

“Ini bukan sekadar persaingan bisnis, tapi pertarungan geopolitik. AS harus segera merevisi strategi agar tidak kehilangan posisi sebagai pemimpin AI global,” tegas Dr. Li Wei, analis teknologi di think tank Beijing Tech Policy Institute.

Trump dan Ancaman Pembatasan Ekspor Teknologi ke China

Merespons kemajuan DeepSeek, mantan Presiden AS Donald Trump — yang sedang mempersiapkan kampanye pemilu 2024 — mengeluarkan pernyataan keras. Dalam pidatonya di Nevada (27/6), Trump mengancam akan memperluas larangan ekspor chip canggih dan teknologi komputasi awan (cloud computing) ke China jika terpilih kembali. “Kita tidak boleh memberi China alat untuk mengalahkan kita. Mereka mencuri, kita harus menghentikannya!” serunya.

Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari perang dagang teknologi era kepresidenan Trump sebelumnya, termasuk pelarangan terhadap Huawei dan pembatasan ekspor chip ke SMIC (produsen semikonduktor China). Namun, para kritikus menilai langkah ini bisa berbalik merugikan perusahaan AS seperti NVIDIA dan Intel, yang 30% pendapatannya berasal dari pasar China.

Reaksi Silicon Valley: Antara Kekhawatiran dan Peluang

Kemunculan DeepSeek memicu respons beragam di kalangan perusahaan teknologi AS:

  1. OpenAI dikabarkan mempercepat proyek peluncuran GPT-5 dan meningkatkan kolaborasi dengan Pentagon untuk aplikasi pertahanan.
  2. Microsoft (investor utama OpenAI) berencana membuka pusat data senilai $2,9 miliar di Indonesia sebagai bagian dari strategi diversifikasi rantai pasok.
  3. Meta (pemilik Facebook) justru mengambil pendekatan berbeda dengan membuka akses terbatas ke kode AI-nya untuk menarik developer global.

“Larangan ekspor hanya solusi jangka pendek. AS perlu berinvestasi lebih besar dalam riset dasar AI dan mereformasi kebijakan imigrasi untuk mempertahankan talenta terbaik,” ujar Sarah Johnson, Direktur TechFuture AS.

Dampak terhadap Industri Global dan Diplomasi Teknologi

Persaingan AS-China di bidang AI mulai memengaruhi aliansi global:

  • Uni Eropa sedang menyusun regulasi ketat untuk AI (AI Act) yang berpotensi membatasi kerja sama dengan perusahaan China.
  • India dan Brazil justru memanfaatkan situasi dengan menawarkan diri sebagai “negara netral” untuk hosting server AI.
  • ASEAN menjadi medan pertempuran baru, di mana DeepSeek telah menjalin kerja sama dengan Singapura dan Thailand untuk pengembangan AI sektor kesehatan.

Masa Depan DeepSeek: Tantangan dan Proyeksi

Meski mencatat pertumbuhan 300% dalam 6 bulan terakhir, DeepSeek menghadapi tantangan kompleks:

  • Sanksi AS: Pembatasan akses ke chip NVIDIA A100 bisa memperlambat pengembangan model AI generatifnya.
  • Isu Etika: LSM internasional menuduh DeepSeek menggunakan data pelanggan tanpa izin untuk pelatihan AI.
  • Persaingan Domestik: Tekanan dari raksasa teknologi China seperti Baidu dan Alibaba yang juga agresif di sektor AI.

Apa Artinya bagi Indonesia?

Sebagai negara dengan pasar digital terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menjadi incaran kedua kubu:

  • DeepSeek berencana membuka kantor regional di Jakarta pada 2025, berfokus pada AI untuk sektor pertanian dan UMKM.
  • AS melalui USAID menawarkan pelatihan AI gratis kepada 10.000 talenta Indonesia sebagai bagian dari diplomasi teknologi.

Perlukah Dunia Khawatir?

Kemunculan DeepSeek adalah pengingat bahwa monopoli AS di teknologi tinggi tidak lagi mutlak. Namun, para ahli mengingatkan bahwa perang teknologi AS-China berisiko memecah dunia menjadi “blok-blok digital” yang saling tidak kompatibel. Di tengah ketegangan ini, kolaborasi global — bukan kompetisi — mungkin menjadi satu-satunya jalan untuk memastikan AI berkembang sebagai alat pemersatu, bukan senjata pemecah belah.

Tonton Video Program

Baca Juga