Ekspansi Transportasi di Sumut: KAI Resmi Operasikan 5 Stasiun Baru untuk Tingkatkan Konektivitas Regional

Efarinatv.net – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional I Sumatera Utara (Sumut) mengukuhkan komitmennya dalam memperluas layanan transportasi publik dengan mengoperasikan 5 stasiun kereta api baru di wilayah tersebut. Langkah ini diharapkan menjadi solusi mobilitas warga sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di daerah terpencil.

Kelima stasiun tersebut tersebar di lintasan Medan–Rantau Prapat dan Medan–Tebing Tinggi, meliputi:

  1. Stasiun Batangkuis (Deli Serdang)
  2. Stasiun Limau Manis (Serbangan, Deli Serdang)
  3. Stasiun Pabatu (Tebing Tinggi)
  4. Stasiun Sennah (Bilah Barat, Labuhan Batu)
  5. Stasiun Aek Nabara (Bilah Barat, Labuhan Batu)

Menurut Muhammad Ikhsan, VP Public Relations KAI Divre I Sumut, penambahan stasiun ini dirancang untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan akses transportasi yang terjangkau dan ramah lingkungan. “Ini bentuk respons kami terhadap permintaan warga, terutama di daerah yang sebelumnya minim akses kereta api. Harapannya, layanan ini bisa mengurangi kepadatan jalan raya sekaligus membuka peluang ekonomi baru,” jelas Ikhsan.

Dampak Positif untuk Daerah Terpencil: Dari Akses Transportasi hingga Penguatan Ekonomi Lokal

Kehadiran lima stasiun baru di Sumatera Utara tidak sekadar menambah daftar infrastruktur transportasi, tetapi menjadi katalisator pembangunan di wilayah yang sebelumnya terisolasi. Dengan menghubungkan daerah pedesaan dan perkebunan ke pusat ekonomi, stasiun-stasiun ini membuka pintu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tiga dimensi utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan.

1. Akselerasi Perekonomian Pedesaan
Stasiun Batangkuis dan Limau Manis di Deli Serdang menjadi contoh nyata bagaimana transportasi kereta api dapat merevitalisasi sektor pertanian. Kedua stasiun ini berada di kawasan penghasil komoditas unggulan seperti sawit, karet, dan kopi. Dengan adanya layanan kereta barang yang terintegrasi, petani dan pelaku UMKM kini bisa mengirim hasil panen ke pasar urban seperti Medan dan Tebing Tinggi lebih cepat dan dengan biaya lebih rendah. Sebelumnya, ketergantungan pada angkutan jalan raya kerap menyebabkan keterlambatan distribusi dan kerusakan produk akibat kondisi jalan yang tidak optimal.

Tidak hanya itu, akses yang mudah juga menarik minat investor untuk membangun gudang penyimpanan atau pusat pengolahan hasil pertanian di sekitar stasiun. Dampak berantainya, lapangan kerja baru terbuka—mulai dari tenaga angkut, petugas logistik, hingga pekerja di sektor hilir.

2. Dorongan untuk Pariwisata Berkelanjutan
Sementara itu, Stasiun Pabatu di Tebing Tinggi hadir sebagai gerbang wisata yang strategis. Stasiun ini memperpendek jarak tempuh menuju destinasi bersejarah seperti Istana Lima Laras, kompleks istana Melayu yang menjadi ikon budaya Sumut. Wisatawan dari Medan atau kota sekitarnya kini bisa mencapai lokasi ini dalam waktu lebih singkat, tanpa perlu bergantung pada kendaraan pribadi.

Konektivitas ini diperkirakan akan meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara, yang pada gilirannya menggerakkan ekonomi lokal. Home stay, usaha kuliner khas, dan pengrajin souvenir di sekitar Istana Lima Laras diprediksi bakal menikmati lonjakan permintaan. Tak hanya itu, pemerintah daerah juga berpeluang mengembangkan paket wisata terpadu yang menggabungkan perjalanan kereta api dengan eksplorasi budaya dan alam.

3. Pengurangan Kesenjangan Sosial
Keberadaan stasiun di daerah terpencil seperti Sennah dan Aek Nabara (Labuhan Batu) turut berkontribusi pada pemerataan akses pendidikan dan kesehatan. Selama ini, masyarakat di Bilah Barat kerap terkendala biaya dan waktu untuk mengakses fasilitas umum di kota. Dengan tiket kereta api yang terjangkau (mulai Rp5.000), siswa dari desa bisa bersekolah ke kota tanpa terbebani ongkos transportasi tinggi, sementara pasien dari daerah pedalaman lebih mudah menjangkau rumah sakit tipe B atau C di pusat kabupaten.

4. Pengurangan Beban Lingkungan
Dari sisi ekologis, peralihan moda transportasi dari jalan raya ke rel kereta api berpotensi menekan emisi karbon. Sebagai ilustrasi, satu kereta api dengan kapasitas 500 penumpang setara dengan 100 mobil pribadi yang hilang dari jalanan. Untuk rute Medan–Tebing Tinggi yang kini melayani 1.200 penumpang/hari, ini berarti pengurangan polusi udara yang signifikan sekaligus penurunan risiko kecelakaan lalu lintas.

5. Penguatan Identitas Lokal
Pembangunan stasiun-stasiun baru juga disertai dengan pendekatan arsitektur yang memadukan modernitas dan kearifan lokal. Misalnya, desain Stasiun Limau Manis yang mengadopsi motif ukiran Melayu atau Stasiun Pabatu yang menampilkan elemen sejarah Kesultanan Serdang. Hal ini tidak hanya memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap budaya mereka, tetapi juga menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.

Sinergi dengan Pemerintah Daerah
Untuk memaksimalkan dampak ini, KAI menggandeng pemda setempat dalam program pelatihan SDM dan promosi potensi daerah. Contohnya, pelatihan pemandu wisata berbasis komunitas di sekitar Stasiun Pabatu atau workshop pengemasan produk pertanian bagi petani di Batangkuis. Kolaborasi semacam ini menjamin bahwa manfaat stasiun tidak hanya dirasakan jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan.

Peningkatan Frekuensi Perjalanan
Tak hanya menambah titik pemberhentian, KAI juga meningkatkan frekuensi perjalanan kereta api lokal. Rute Medan–Tebing Tinggi kini melayani 4 perjalanan per hari (bolak-balik), sedangkan Medan–Rantau Prapat diisi 2 perjalanan harian. Kebijakan ini telah berdampak signifikan: jumlah penumpang harian melonjak dari sebelumnya 200-300 orang menjadi 1.000-1.200 orang per hari.

Proyeksi Jangka Panjang
KAI berencana memperluas jaringan dengan membuka stasiun baru di Pangkalan Dodek (Batubara) dan Sei Bejangkar (Asahan) pada 2024. “Kami terus berkoordinasi dengan pemda setempat untuk memastikan pembangunan infrastruktur sesuai target,” tambah Ikhsan.

Dengan harga tiket mulai dari Rp5.000 (ekonomi) hingga Rp30.000 (ekssekutif), inisiatif KAI ini tak hanya mengubah pola mobilitas warga Sumut, tetapi juga menjadi langkah konkret menuju pemerataan pembangunan melalui transportasi massal yang inklusif.

Tonton Video Program

Baca Juga