Semakin Panas, China Luncurkan Investigasi Anti-Monopoli terhadap Google

China Luncurkan Investigasi Anti-Monopoli terhadap Google

Efarinatv.net – China mengumumkan pada Selasa bahwa regulator anti-monopolinya, State Administration of Market Regulation (SAMR), telah memulai investigasi terhadap raksasa teknologi Amerika Serikat, Alphabet (induk perusahaan Google).

Pengumuman ini hadir hampir bersamaan dengan waktu pemberlakuan tarif tambahan sebesar 10% pada berbagai produk asal Tiongkok oleh Presiden AS Donald Trump. Pemerintah Tiongkok, sebagai balasan, juga mengenakan bea masuk baru terhadap barang-barang tertentu dari Amerika Serikat, termasuk batu bara (coal) dan minyak (oil).

Langkah tersebut menambah panas hubungan perdagangan antara kedua negara, yang beberapa tahun terakhir kerap berada di bawah bayang-bayang perang dagang. Di tengah ketegangan ini, Google, yang sebagian besar layanannya—termasuk mesin pencarinya—diblokir di Tiongkok, kembali menjadi sorotan karena diduga melanggar undang-undang anti-monopoli setempat.

Latar Belakang Investigasi

Menurut pernyataan singkat dari State Administration of Market Regulation (SAMR), Google diduga melakukan aktivitas yang melanggar Undang-Undang Anti-Monopoli Tiongkok. Meski belum ada keterangan detail mengenai jenis pelanggaran spesifik yang dituduhkan, pengumuman ini datang di saat hubungan perdagangan kedua negara sedang diuji oleh saling balas tarif.

Beijing secara tradisional cukup ketat dalam menerapkan regulasi anti-monopoli, terutama untuk melindungi kepentingan pasar domestik dan memastikan perusahaan asing mematuhi aturan setempat. Investigasi semacam ini biasanya menyoroti dugaan praktik bisnis yang dianggap merusak persaingan pasar.

Hal-hal yang kerap menjadi fokus antara lain penetapan harga yang tak adil, perjanjian eksklusif dengan mitra lokal, atau hambatan terhadap kompetitor di pasar.

Ketegangan Dagang Makin Memanas

Pengumuman penyelidikan terhadap Google muncul tidak lama setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 10% atas berbagai impor Tiongkok ke Amerika Serikat. Dalam hitungan jam, Tiongkok segera merespons dengan menerapkan bea masuk baru terhadap beberapa produk AS, termasuk batu bara, minyak mentah, dan liquefied natural gas (LNG).

Sejak 2018, kedua negara telah terlibat perang dagang yang ditandai dengan penerapan tarif “balas-membalas” pada ratusan miliar dolar produk masing-masing. Kebijakan ini berdampak luas terhadap perekonomian global, memicu gangguan pada rantai pasokan, dan menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis internasional.

Dalam konteks ini, keputusan Tiongkok untuk menyelidiki Google dapat dilihat sebagai bagian dari dinamika geopolitik yang lebih besar.

Google di Pasar Tiongkok: Peluang yang Terbatas

Meskipun layanan utama Google—termasuk mesin pencari, YouTube, serta beberapa layanan cloud—diblokir di Tiongkok, perusahaan tetap mempertahankan kehadiran tidak langsung di negara tersebut. Google menjalin kerja sama dengan mitra-mitra lokal, terutama dalam sektor iklan digital. Selain itu, sejumlah aplikasi atau platform Google yang disesuaikan dengan regulasi Tiongkok sempat diupayakan, meski inisiatif-inisiatif ini kerap menghadapi tantangan birokrasi dan politik.

Bagi banyak raksasa teknologi asal AS, Tiongkok adalah pasar yang menggiurkan berkat jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Namun, pemerintah Tiongkok menerapkan kebijakan internet yang sangat ketat melalui mekanisme penyaringan dan pemblokiran (Great Firewall).

Bagi Google, hal ini berarti harus mengikuti aturan sensor dan regulasi ketat jika ingin merangsek masuk ke pasar domestik. Hingga kini, perusahaan ini memilih untuk tetap memasok layanan iklan, teknologi cloud, dan riset Artificial Intelligence (AI) secara terbatas, ketimbang mencoba meluncurkan layanan penuh seperti di negara-negara lain.

Dampak terhadap Industri Teknologi

Investigasi anti-monopoli terhadap Google oleh pihak berwenang Tiongkok berpotensi membawa konsekuensi serius bagi industri teknologi secara keseluruhan.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok kian agresif dalam mengawasi perusahaan teknologi, baik lokal seperti Alibaba dan Tencent, maupun global seperti Microsoft, Apple, dan Amazon. Tekanan ini mencakup isu privasi data, monopoli platform, serta dominasi pasar digital yang dinilai menghambat peluang pemain lokal.

Apabila SAMR menemukan pelanggaran serius, Google dapat dikenai denda besar, pembatasan operasional, atau bahkan larangan tertentu yang dapat mempersempit ruang gerak mereka di Tiongkok. Langkah ini juga mengirim pesan jelas kepada perusahaan asing lain bahwa Tiongkok tidak akan ragu untuk menggunakan instrumen hukumnya guna melindungi pasar domestik atau kepentingan geopolitik.

Korelasi dengan Dinamika Geopolitik

Banyak analis melihat penyelidikan ini tidak terlepas dari dinamika perang dagang yang terus berlanjut antara Washington dan Beijing. Sebelumnya, pemerintah AS telah membatasi akses perusahaan teknologi asal Tiongkok—seperti Huawei—ke pasar dan infrastruktur AS, dengan dalih keamanan nasional. Tindakan serupa, seperti tekanan pada TikTok dan WeChat, mencuatkan isu proteksionisme serta persaingan teknologi yang kian intensif.

Dalam situasi ini, investigasi terhadap Google—meskipun mungkin dipicu oleh dugaan pelanggaran anti-monopoli murni—tetap dapat dilihat sebagai tanda balasan dari Tiongkok terhadap kebijakan proteksionis AS. Langkah ini sekaligus menegaskan keseriusan Beijing dalam menegakkan regulasi pasar dan menunjukkan bahwa Tiongkok pun memiliki leverage yang tidak kalah kuat di ranah teknologi global.

Respons Google dan Prospek Ke Depan

Hingga berita ini diturunkan, Google belum memberikan pernyataan resmi. Biasanya, dalam kasus penyelidikan anti-monopoli, perusahaan akan menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan otoritas lokal dan melakukan audit internal jika diperlukan. Keputusan akhir SAMR akan banyak bergantung pada bukti yang ditemukan selama proses investigasi, termasuk kesaksian dari pihak-pihak terkait, dokumen internal, serta perilaku bisnis Google di Tiongkok.

Jika hasil penyelidikan terbukti merugikan Google, konsekuensinya dapat mencakup denda signifikan dan peraturan ketat atas kolaborasi dengan mitra lokal. Bukan tidak mungkin, ini juga akan memengaruhi rencana ekspansi Google di sektor lain di Tiongkok. Di sisi lain, jika tidak ditemukan bukti kuat, Google bisa lolos dari tuduhan, meski tetap menghadapi pengawasan ketat ke depannya.

Tonton Video Program

Baca Juga